Harga Tiket Rp 1,6 Juta, Penumpang Ditimbang Saat Naik Pesawat - YOPEN TERO TABUNI S,Kep.Ns

Senin, 19 Maret 2018

Harga Tiket Rp 1,6 Juta, Penumpang Ditimbang Saat Naik Pesawat

Hasil gambar untuk Harga Tiket Rp 1,6 Juta, Penumpang Ditimbang Saat Naik Pesawat
Warga Terpaksa Beli Barang Harga Mahal 
Para orang tua dengan bayinya yang antre untuk mendapatkan pengobatan dari penyakit campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat. (Elfira/Cendrawasih Pos/Jawa Pos Group)  
Salah satu lambannya penanganan kejadian luar biasa (KLB) di Kabupaten Asmat, Papua yakni sulitnya akses transportasi. Maka, bantuan untuk para korban kerap terlambat didistribusikan. Hal itu membuat 66 anak meninggal akibat campak dan 6 orang anak lainnya menderita gizi buruk tidak dapat dihindarkan.
Ati, 48, salah seorang pegawai Bandara Mozes Kilangin, Timika mengungkapkan, sulitnya rute dari Timika menuju Asmat membuat harga bahan pangan melonjak tinggi. Hal itu membuat warga Asmat harus membeli bahan-bahan di pusat Kota Timika.
"Mereka ke sini belanja, soalnya kan di sini sentralnya. Biasanya mereka beli buat diri sendiri, kadang juga beli buat dijual lagi," kata Ati saat ditemui di Bandara Mozez Kilangan, Selasa (6/2).
Wanita yang telah tujuh tahun jadi pegawai Bandara Mozes Kilangin itu menerangkan, untuk menuju Asmat hanya terdapat dua pilihan, yakni kapal dan pesawat baling-baling.
Menggunakan dua moda ini penumpangnya harus rela merogoh kocek dalam-dalam, Rp 1,6 juta untuk sekali penerbangan. Tarif itu jauh lebih mahal jika dibandingkan Aceh ke Jakarta yang rata-rata tarif pesawatnya hanya Rp 1 juta satu kali perjalanan. Sementara Aceh adalah provinsi paling ujung barat Indonesia.
Penumpang di Bandara Timika harus ditimbang sebelum naik pesawat.Penumpang di Bandara Timika harus ditimbang sebelum naik pesawat. (Evi Ariska/JawaPos.com)  
Atas kondisi itu harga barang serta kebutuhan lainnya sangat mahal di Kabupaten Asmat. "Kalau ke Asmat Rp 1,6 juta, makanya lebih mahal bisa tiga kali lipat," ungkapnya.
Wanita kelahiran Biak itu mengaku sedih melihat masyarakat di Asmat yang tertimpa musibah KLB gizi buruk dan campak itu. "Saya tiap hari di sini kadang kasihan. Mereka beli barang harga mahal-mahal, kalau kami ngeluarin uang sejuta dalam sehari saja mikir, kalau mereka enggak ada pilihan, tapi mereka sudah terbiasa," pungkasnya.
Dari pantauan JawaPos.com, bandara untuk pesawat baling-baling bersampingan dengan bandara Mozez Kilangan. Bangunan kecil beserta peralatan sederhana lainnya diperuntunkan bagi penumpang pesawat twin otter.
Saat memasuki bandara kecil, alat penditeksi keamanan beserta petugas telah bersiaga memeriksa pengunjung yang masuk. Hanya terdapat dua konter check-in dan dua timbangan. Bahkan penumpang yang akan berangkat ditimbang bersama barang bawaannya. Sementara ruang tunggu masih menggunakan kursi kayu.(eve/JPC)


Tidak ada komentar: