Kualitas Kesehatan Masyarakat Asmat Rendah - YOPEN TERO TABUNI S,Kep.Ns

Senin, 19 Maret 2018

Kualitas Kesehatan Masyarakat Asmat Rendah

Image result for Kualitas Kesehatan Masyarakat Asmat RendahDari 23 distrik ada 471 anak yang terkena campak, sedangkan yang meninggal karena campak sebanyak 59 orang  

JAYAPURA - Campak yang mewabah di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, memprihatinkan pelbagai pihak. Uskup Keuskupan Agats, Mgr Aloysius Murwito mengatakan keadaan ini menandakan kondisi kesehatan masyarakat Asmat masih rendah kualitasnya.
Aloysius mengatakan rendahnya kualitas kesehatan masyarakat di wilayah Asmat, salah satunya akibat kurangnya dedikasi petugas di lapangan. Sepengalamannya, tiap mengunjungi sejumlah kampung di Kabupaten Asmat, petugas puskesmas pembantu sering tidak ada di tempat.
"Sementara hubungan antara kampung dan puskesmas jauh dan hanya bisa ditempuh dengan transportasi air," kata Aloysius seperti yang dilansir Antara, Selasa (16/1).
Di Asmat kata Aloysius keadaannya memang tidak ada jalan darat dan belum terdukung jaringan komunikasi, kecuali dua pusat distrik. Efeknya, program imunisasi belum menjangkau setiap anak di kampung sehingga wabah campak mudah menyerang anak-anak. 
Secara umum, diamatinya, masyarakat Asmat, terutama mereka yang hidup di kampung-kampung pedalaman, juga kurang mendapatkan makanan yang bergizi. Sayuran terbatas, tidak setiap hari dapat ikan. Karena itu, gizi ibu kurang dan air susu ibu menjadi kurang kualitasnya. Anak-anak kena dampaknya.
"Di daerah Asmat ini saya kira sekitar 40% kondisi kesehatannya masih di bawah standar normal," ujarnya lagi.
Sedangkan, untuk distrik-distrik yang dekat dengan pusat kabupaten, masyarakatnya tampak lebih sehat karena lebih mudah dapat uang dari penjualan ikan. Tetapi, masyarakat yang hidup di kampung-kampung di pedalaman yang minim akses, lebih sulit dalam mengelola hidup sehat.
"Waktu saya pimpin ibadah hari Minggu lalu, di Ewer Dekat Agsts, tampak anak-anak lebih sehat dan ceria," ujarnya.
Ia menambahkan, data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, dari 23 distrik yang ada, positif kena campak dengan jumlah jiwa sebanyak 471 anak, sedangkan anak yang meninggal karena campak sebanyak 59 orang.
800 Vial Vaksin
Terkait wabah campak di Kabupaten Asmat ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Papua mengklaim telah mengirim 800 vial vaksin ke Kabupaten Asmat guna menangani wabah campak di daerah tersebut.
Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Dinkes Papua, Aaron Rumainum, mengatakan permintaan vaksin dari Dinkes Asmat ke Dinkes Provinsi Papua juga sudah tiba di Agats pada 11 Januari 2018 lalu.
Aaron mengatakan vaksin yang dikirim ke Asmat sebanyak 800 viral vaksin, dan permintaan vaksin lanjutan dari Dinkes Asmat ke Dinkes Provinsi sebanyak 300 viral vaksin akan dikirim pada hari Selasa (16/1) ini.
"Sudah dilakukan vaksinasi campak pada Dinkes Kabupaten Asmat pada 9 Januari 2018," katanya, seperti yang dilansir dari Antara, Selasa (16/1).
Menurut dia, Bupati Asmat telah menerjunkan empat tim ke empat distrik di wilayahnya, untuk melakukan penanganan terhadap wabah campak sejak 9 Januari 2018 lalu. Namun, tambah dia, sebenarnya spesimen campak itu sudah diambil pada 27 November 2017.
"Kita mendiagnosa campak, hasilnya diambil dan dikirim ke Surabaya, Jawa Timur, dan tanggal 23 November 2017 hasilnya positif campak," ujarnya.
Terpisah, untuk mengatasi penyakit  campak di Papua Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengirimkan tim tenaga kesehatan maupun pendampingan untuk menangani kasus campak atau "morbili" dan gizi buruk di Kabupaten Asmat ini.
Memasuki bulan pertama tahun 2018 Kementerian Kesehatan mendapat laporan adanya kasus campak (Morbili) dan gizi buruk yang dialami sejumlah Balita di Kecamatan Agats, Kabupaten Asmat, Papua.
"Hari ini ada tim yang berangkat membantu Dinas Kesehatan Papua," kata Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Bambang Wibowo di Jakarta, Senin.
Kementerian Kesehatan menyatakan rasa empati bagi para pasien dan keluarganya yang saat ini masih menjalani perawatan dan pengobatan di RSUD Asmat. Selain itu juga, Kemenkes tetap memantau dan memberikan pendampingan terhadap upaya penanganan masalah tersebut yang sudah berjalan di tingkat Kabupaten dan Provinsi, selaku ujung tombak pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayahnya. 
Bambang menjelaskan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Papua sudah merespon kasus campak dan gizi buruk. 
"Kementerian Kesehatan akan bantu, akan ada bantuan baik logistik, SDM, maupun pendampingan yang lain," kata Bambang.
Kementerian Kesehatan menyiapkan tim yang akan melakukan visitasi, supervisi dan pendampingan bagi tenaga kesehatan di Kabupaten Asmat Papua.
Sebelumnya, RSUD Asmat mendapatkan rujukan kasus campak atau "morbili" dan gizi buruk sejak 8 Januari 2018. Jumlah kasus campak tercatat sebanyak 22 pasien dengan rincian enam pasien rawat inap, 16 pasien rawat jalan.  
Sementara gizi buruk dilaporkan sebanyak delapan pasien dengan rincian dua pasien rawat inap, lima pasien rawat jalan, dan satu pasien meninggal dunia
Kemenkes telah berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi Papua dan terus mengumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan dalam menentukan langkah penanggulangan baik itu bantuan yang dapat diberikan oleh pemerintah pusat dan/atau pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan daerah dengan tetap memperhatikan pembagian kewenangan yang dimiliki antara pemerintah Provinsi dan Pusat.
Selain itu, tenaga kesehatan yang berada dalam program Nusantara Sehat, Wajib Kerja Dokter Spesialis, dan penugasan Nusantara Sehat khusus individu akan dikerahkan ke Kecamatan Agats, Kabupaten Asmat. (Fuad Rizky)



Tidak ada komentar: