ASMAT – Kecepatan distribusi, hal itu yang menjadi
pertimbangan utama pemulihan Asmat pasca-Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk
dan campak. Kolaborasi kemanusiaan diperlukan untuk mempercepat distribusi.
Apalagi ini bukan bicara satu –
dua macam jumlah bantuan. Sabtu (10/2) dan Ahad (11/2) kemarin, dari Dermaga
Pelabuhan Agats, dibongkar muat 100 ton bantuan beras, setara 4.000 karung.
Sehari sebelumnya, Jumat (9/2) bantuan beras tiba setelah perjalanan dua hari
dua malam dari Merauke. Seluruh bantuan beras dikapalkan oleh Aksi Cepat
Tanggap (ACT) yang merupakan amanah dari masyarakat Indonesia.
100 Ton
Bantuan Beras Diserahkan ke Pemerintah Kabupaten Asmat
Kurang dari 5 bulan, 63 anak dan
balita suku Asmat meninggal akibat wabah campak dan krisis gizi buruk yang
melanda tanah Papua.
Demi mempercepat urusan
distribusi, Senin (12/2) pagi, proses serah terima bantuan beras digelar di
dalam gudang dekat dengan Pelabuhan Agats.
Sejak pagi sekali, selepas apel hari Senin,
Pemerintah Kabupaten diwakili oleh seluruh Kepala Dinas termasuk Kepala Dinas
Sosial dan Wakil Bupati Asmat singgah sejenak di depan gudang. Jajaran dinas
dipimpin Wakil Bupati Asmat melihat langsung seperti apa bantuan beras yang
dikirimkan dari Merauke.
“Seluruh bantuan beras dari ACT dititipkan
sementara di gudang Bulog Kabupaten Asmat. Kami sudah menyusun tim khusus untuk
distribusikan seluruh bantuan, termasuk ribuan karung beras dari ACT ini,” ujar
Amir Makhmud, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Asmat.
Prosesi serah terima
berlangsung sederhana dan penuh kekeluargaan. Secara simbolis, Thomas E.
Safanpo selaku Wakil Bupati menerima bantuan beras dari ACT yang diwakilkan
oleh Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President ACT.
Serah terima beras juga dilakukan simbolis
dari Ibnu Khajar, selaku Vice President ACT kepada Amir Makhmud, Kadinsos
Kabupaten Asmat
“Kami melihat ada kehangatan
yang dibawa oleh jajaran Pemerintah Daerah (Pemda) Asmat. Mereka sangat membuka
pintunya untuk lembaga kemanusiaan seperti ACT. Berkolaborasi di ranah
kemanusiaan, untuk memulihkan Asmat di seluruh distrik-distriknya,” ungkap Syuhel.
Syuhel menambahkan, distribusi bantuan beras
sudah diserahkan sepenuhnya kepada Pemda Asmat. “Pemda Asmat menyatakan siap
melakukan distribusi sampai ke distrik-distrik paling membutuhkan. Dan bahkan
secara khusus disampaikan, bantuan ini akan terdokumentasi dan tercatat dengan
baik. Laporan akan dikirimkan oleh dinas-dinas terkait di Asmat,” ujarnya.
Wakil Bupati Thomas pun
menyatakan kesiapan jajarannya untuk mendistribusikan bantuan beras. “Pihak
yang berkontribusi langsung untuk Asmat inilah yang saya kira adalah
teman-teman terbaik yang bisa membantu kami menghadapi tantangan-tantangan di
Asmat,” kata Thomas.
Kondisi geografis Asmat memang menjadi
tantangan yang pelik untuk menembus titik-titik rawan gizi buruk, wabah campak,
hingga malaria. Sungai meliuk-liuk menembus hutan. Perjalanan antar distrik
terkadang harus ditempuh dengan rentang waktu 3-8 jam.
“Kondisi Asmat ini rumit. Akses transportasi
terbatas. Jarak antara satu distrik dengan distrik lain kondisinya sangat
berjauhan. Itu butuh moda transportasi yang mumpuni, apalagi untuk membawa
ribuan karung beras amanah masyarakat Indonesia ini,” kata Syuhel.
Tentang teknis distribusi seluruh bantuan, Amir
memaparkan, sepekan ke depan seluruh dinas terkait bakal bergerak bersamaan.
“Instruksi Bupati sudah jelas. Setiap distrik di fase pemulihan ini akan ada
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk menjangkau seluruh kampung. Total ada
224 kampung di 23 distrik di Asmat,” tutur Amir.
Untuk
target distribusi beras, Amir mengatakan bakal tetap memprioritaskan keluarga
dengan anak-anak terdampak gizi buruk dan campak.
“Kami
pegang data-data keluarga mana saja yang terkena gizi buruk dan campak di
seluruh kampung di Asmat. Kami juga akan bagikan beras-beras ini untuk keluarga
miskin. Pekan depan Insya Allah kita
gerakkan serentak,” pungkas Amir.
Kurang dari 5 bulan, 63 anak dan balita
suku Asmat meninggal akibat wabah campak dan krisis gizi buruk yang melanda
tanah Papua. “Hingga Januari, hampir 400 anak menjalani
perawatan medis di RSUD Asmat. 175 anak mendapat penanganan khusus akibat
kondisi yang sangat mengkhawatirkan.”-Ade Fadz, Relawan ACT.
Jumlah ini diperkirakan terus bertambah mengingat wabah
terjadi di 224 kampung, kabupaten Asmat dan belum semua daerah terjangkau oleh
tim medis RSUD Asmat.
Tersebarnya
pemukiman warga serta kondisi geografis berupa rawa menjadi kendala. Akses
menuju pemukiman warga hanya bisa ditempuh menggunakan perahu selama 2-3 jam
perjalanan.
Wabah
campak disertai gizi buruk telah terjadi sejak September lalu dan mayoritas
penderitanya adalah balita dan anak-anak di Kabupaten Asmat.
Kemiskinan yang terjadi menyebabkan anak-anak kekurangan
gizi. Tak bisa dibayangkan ratusan bahkan ribuan anak tumbuh tanpa asupan gizi
yang cukup.
Belum lagi lingkungan tempat tinggal
mereka yang kotor dan gaya hidup yang kurang bersih. Menjadi pemicu utama
penyebaran wabah campak.
Pemerintah setempat sudah membuat tim medis untuk
menyelamatkan nyawa anak-anak di Papua. Bantuan berupa pengobatan dan imunisasi
serta pemberian vitamin A untuk mencegah penyebaran campak.
Namun,
belum semua wilayah terjangkau mengingat medan menuju lokasi sangatlah sulit
dan memakan waktu yang cukup lama.
Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) berinisiatif menggalang dana
untuk mengirimkan bantuan gizi untuk balita dan anak-anak penderita campak di
Papua.
Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memberi
bantuan pangan sarat gizi dan kesehatan untuk memulihkan kondisi penderita
campak dan gizi buruk, yang sebagian besar dari mereka adalah anak-anak.
Mari
bantu selamatkan adik-adik kita di Papua dari ancaman krisis gizi buruk dan
wabah campak yag sewaktu-waktu dapat merenggut nyawa mereka.
CARA
BERDONASI
1. Klik "DONASI SEKARANG"
2. Transfer via rek Mandiri/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI & Credit card
3. Dapatkan laporan via email
1. Klik "DONASI SEKARANG"
2. Transfer via rek Mandiri/BCA/BNI/BNI Syariah/BRI & Credit card
3. Dapatkan laporan via email
Tidak ada komentar:
Posting Komentar