Warga Asmat yang terkena gizi buruk. (Foto: iNews)
ASMAT - Pihak terkait terus melakukan upaya penyembuhan bagi penderita campak dan perbaikan asupan untuk warga yang mengalami gizi buruk di wilayah Asmat, Papua. Namun upaya mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak dua pekan lalu itu tidaklah mudah.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1707/Merauke, Letkol Inf Heri K dikonfirmasi mengakui jika distribusi logistik dan obat-obatan terkendala transportasi. Menurutnya medan yang akan dituju cukup sulit dilalui.
“Kami di sini hanya mengandalkan kapal laut, pesawat carter serta helikopter TNI, itupun tidak setiap hari bisa beroperasi. Untuk itu, setiap bantuan tiba kita langsung angkut dengan sarana yang ada untuk disimpan dan didistribusikan sesuai sasaran.” Kata Heri K, Senin (22/1/2018).
Menurut Dandim, stok bantuan makanan dan obat-obatan serta kebutuhan lain seperti obat-obatan, vaksin, susu anak, makanan siap saji dan sembako sudah didistribusikan. Selain pelabuhan besar, pelabuhan Ferry juga menjadi tumpuan distribusi bantuan ke distrik-distrik dan pelosok-pelosok di Kabupaten Asmat.
"Saya belum bisa menjelaskan secara detail berapa jumlah bantuan secara keseluruhan, yang pasti kami selalu berkoordinasi dengan jajaran yang ada di lapangan untuk selalu memantau wilayah mana saja yang perlu segera dibantu sehingga distribusi akan tepat sasaran sesuai skala prioritas," ujarnya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf.Muhammad Aidi di tempat terpisah mengaku masih banyak bantuan yang belum tersalurkan akibat terbatasnya sarana angkutan.
"Sejauh ini bantuan yang sudah sampai di Asmat dan diterima di posko adalah bersumber dari Mabes TNI, Ibu-Ibu Darma Pertiwi dan Mentri Sosial, dan mungkin masih banyak dari sumber lain tapi masih tertahan di Timika karena terbatasnya sarana angkut," ucapnya.
Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI, Mayjen TNI dr Ben Yura Rimba sebelumnya mengatakan, dari segi sumber daya manusia (SDM), Satgaskes TNI KLB sengaja memboyong dokter-dokter spesialis dan tim medis yang cukup lengkap dari Jakarta. Tak hanya itu, tim medisnya juga membawa obat-obatan dalam jumlah yang cukup banyak dari Ibu Kota.
“Kami juga melakukan kerja sama dengan Kemenkes untuk melaksanakan vaksinasi, sehingga dari segi SDM dan logistik tidak ada masalah,” kata Ben saat mengunjungi warga Asmat yang terkena dampak penyakit di Kampung Ewer Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Sabtu, 20 Januari 2018.
Dia menjelaskan, yang menjadi kendala utama bagi personel Satgaskes TNI dan tim medis Kemenkes dalam mengunjungi kampung-kampung terpencil di Asmat adalah masalah transportasi. Untuk masuk ke daerah pedalaman tersebut, petugas medis harus menggunakan transportasi khusus. “Mencapai kampung yang paling dekat saja memakan waktu tempuh sekitar satu jam dengan speed boad. Sementara, distrik-distrik lainnya ada yang enam sampai delapan jam perjalanan. Kondisi ini tentu akan banyak sekali menguras tenaga dan biaya,” ujar Ben.
Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1707/Merauke, Letkol Inf Heri K dikonfirmasi mengakui jika distribusi logistik dan obat-obatan terkendala transportasi. Menurutnya medan yang akan dituju cukup sulit dilalui.
“Kami di sini hanya mengandalkan kapal laut, pesawat carter serta helikopter TNI, itupun tidak setiap hari bisa beroperasi. Untuk itu, setiap bantuan tiba kita langsung angkut dengan sarana yang ada untuk disimpan dan didistribusikan sesuai sasaran.” Kata Heri K, Senin (22/1/2018).
Menurut Dandim, stok bantuan makanan dan obat-obatan serta kebutuhan lain seperti obat-obatan, vaksin, susu anak, makanan siap saji dan sembako sudah didistribusikan. Selain pelabuhan besar, pelabuhan Ferry juga menjadi tumpuan distribusi bantuan ke distrik-distrik dan pelosok-pelosok di Kabupaten Asmat.
"Saya belum bisa menjelaskan secara detail berapa jumlah bantuan secara keseluruhan, yang pasti kami selalu berkoordinasi dengan jajaran yang ada di lapangan untuk selalu memantau wilayah mana saja yang perlu segera dibantu sehingga distribusi akan tepat sasaran sesuai skala prioritas," ujarnya.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf.Muhammad Aidi di tempat terpisah mengaku masih banyak bantuan yang belum tersalurkan akibat terbatasnya sarana angkutan.
"Sejauh ini bantuan yang sudah sampai di Asmat dan diterima di posko adalah bersumber dari Mabes TNI, Ibu-Ibu Darma Pertiwi dan Mentri Sosial, dan mungkin masih banyak dari sumber lain tapi masih tertahan di Timika karena terbatasnya sarana angkut," ucapnya.
Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI, Mayjen TNI dr Ben Yura Rimba sebelumnya mengatakan, dari segi sumber daya manusia (SDM), Satgaskes TNI KLB sengaja memboyong dokter-dokter spesialis dan tim medis yang cukup lengkap dari Jakarta. Tak hanya itu, tim medisnya juga membawa obat-obatan dalam jumlah yang cukup banyak dari Ibu Kota.
“Kami juga melakukan kerja sama dengan Kemenkes untuk melaksanakan vaksinasi, sehingga dari segi SDM dan logistik tidak ada masalah,” kata Ben saat mengunjungi warga Asmat yang terkena dampak penyakit di Kampung Ewer Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Sabtu, 20 Januari 2018.
Dia menjelaskan, yang menjadi kendala utama bagi personel Satgaskes TNI dan tim medis Kemenkes dalam mengunjungi kampung-kampung terpencil di Asmat adalah masalah transportasi. Untuk masuk ke daerah pedalaman tersebut, petugas medis harus menggunakan transportasi khusus. “Mencapai kampung yang paling dekat saja memakan waktu tempuh sekitar satu jam dengan speed boad. Sementara, distrik-distrik lainnya ada yang enam sampai delapan jam perjalanan. Kondisi ini tentu akan banyak sekali menguras tenaga dan biaya,” ujar Ben.
Editor : Muhammad Saiful Hadi
Sumber : iNews.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar