Korban jiwa akibat campak dan gizi buruk di Asmat terus meningkat - YOPEN TERO TABUNI S,Kep.Ns

Senin, 19 Maret 2018

Korban jiwa akibat campak dan gizi buruk di Asmat terus meningkat

 Image result for Korban jiwa akibat campak dan gizi buruk di Asmat terus meningkat
Setidaknya 63 orang di Kabupaten Asmat, kebanyakan anak-anak, meninggal gizi buruk dan terserang penyakit campak.  

ASMAT – Pemerintah Kabupaten Asmat memperluas jangkauan tim untuk mengobati penderita campak dan memberi bantuan makanan tambahan ke 23 distrik.
Pada sisi lain, bantuan dari pemerintah pusat di Jakarta juga mulai mengalir ke pedalaman Asmat.
Kepala Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat, Steven Langi, mengatakan pendataan empat tim terpadu penanggulangan campak dan gizi buruk mencatat setidaknya sudah 63 anak meninggal sejak September 2017 lalu hingga saat ini.
Namun jumlah tersebut kemungkinan semakin bertambah seiring dengan diperluasnya jangkauan tim terpadu yang diturunkan untuk memberikan penanganan dan memberi bantuan makanan tambahan.
“Sementara tim bergerak menyusur lapangan, dengan memusatkan semuanya ke 23 distrik, jadi bukan cuma di distrik yang ditemukan [kasus campak dan gizi buruk] tapi menyusur ke seluruh distrik,” ujar Steven seperti dilansir laman BBC Indonesia, Selasa (16/01).
Steven menyatakan bahwa dari keseluruhan korban jiwa, empat anak meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats dan 59 anak yang meninggal berasal dari tiga distrik, yakni Fayit, Aswi, dan Pulau tiga.
Mengingat banyaknya korban jiwa, maka jangkauan tim terpadu yang sebelumnya terpusat ke tujuh distrik kini diperluas untuk mencapai 23 distrik guna mencegah agar wabah campak dan gizi buruk tidak semakin parah.
“Ada beberapa tim yang sudah berangkat, ada tim yang masih stand by menunggu koordinasi karena kita juga harus membagi, bukan cuma pengobatan tapi juga membagi bantuan bahan makanan.
Laporan sementara dari Dinas Kesehatan Kabupaten Papua, 471 orang terkena campak dan gizi buruk.
Steven mengakui medan yang sulit dan minimnya tenaga medis menjadi hambatan bagi tim penanganan wabah campak dan gizi buruk dan sekaligus pula membuat kesulitan dalam memprediksi timbulnya wabah campak dan gizi buruk.
“Wilayah seperti Pulau Tiga itu sudah sangat minim personel,” kata dia.
Distrik Pulau Tiga merupakan tempat pertama ditemukannya korban jiwa akibat gizi buruk dan campak.
Sebelumnya, Uskup Aloysius Murwito dari Keuskupan Agats-Asmat menuturkan bahwa 13 anak-anak dengan kondisi minim gizi meninggal di Kampung As dan Kampung Atat, distrik Pulau Tiga pada bulan Desember lalu.
Kebanyakan dari korban meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit lantaran jarak antara kampung tersebut dengan Agats, ibu kota Asmat, yang hanya bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi air.
Jika menggunakan perahu cepat, jarak kedua lokasi bisa ditempuh dalam waktu tiga jam namun bagi penduduk setempat yang mendayung perahu tradisional, mereka maka akan memerlukan bermalam dalam perjalanan.
Menurutnya, kondisi geografis di wilayah itu sudah tentu menjadi tantangan utama.
Di sisi lain, mutu kesehatan di Asmat juga rendah. “Misalnya saja, di As, Atat ini sudah beberapa bulan petugas pustu (puskesmas pembantu) tidak ditempat,” ujar Aloysius.
“Itu bukan lagu baru, tapi sudah lagu lama. Dedikasi dari petugas itu lemah,” imbuhnya.
Di sisi lain bantuan dari pemerintah pusat di Jakarta mulai berdatangan untuk penangangan kejadian luar biasa campak dan gizi buruk di pedalaman Papua tersebut, antara lain dari Kementerian Sosial, TNI, dan Pemerintah Kota Surabaya.
Menurut Steven, Pemerintah Kota Surabaya sangat cepat merespon wabah campak dan gizi buruk yang terjadi Asmat dengan bantuan dari Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang sudah dikirim pada Sabtu (13/01) lalu.
“Mereka yang pertama mengirim bantuan dari luar.”
“Mereka mengirim susu untuk kebutuhan bayi dan obat-obatan serta nutrisi khusus bagi mereka yang mengalami malnutrisi,” imbuhnya.
Bantuan makanan tambahan tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk ibu menyusui
Lebih lanjut, Steven menjelaskan tim dokter dari TNI Angkatan Darat juga sudah tiba di Asmat dengan sekitar 10 dokter spesialis yang akan menangani pasien yang dirawat di RSUD Agats.
Dokter spesialis tersebut antara lain menangani penyakit dalam, penyakit kulit, dokter anak dan ahli gizi.
“Kemudian nanti ada juga tim yang diturunkan di lapangan,” jelas Steven.
Tim medis yang diturunkan ke lapangan akan menurunkan bantuan makanan dan obat-obatan dengan perkiraan 10 ton.
Untuk memudahkan distribusi bantuan ke pedalaman Asmat, TNI juga menerjunkan helikopter guna menjangkau di titik yang sulit di wilayah Asmat.
Sementara sebagian dari bantuan vaksin campak dan 16.000 kaleng makanan siap saji dari Kementerian Sosial yang dikirim dari Jakarta pada Minggu (14/01) sudah tiba di Asmat pada Senin (16/01) malam.
Selain itu, pemerintah Provinsi Papua juga mengirimkan tiga ton beras, 200 lembar selimut, 200 lembar matras, dua tenda keluarga dan 50 paket peralatan makanan.

Tidak ada komentar: