Transportasi Susahnya Minta Ampun, Warga Tambrauw Dilarang Sakit - YOPEN TERO TABUNI S,Kep.Ns

Senin, 19 Maret 2018

Transportasi Susahnya Minta Ampun, Warga Tambrauw Dilarang Sakit

Image result for Transportasi Susahnya Warga Tambrauw
Warga Kabupaten Tambrauw, Papua Barat (foto doctorshare.org)

Transportasi dan kesehatan ibarat dua sisi mata uang yang saling berhubungan dalam dinamika kehidupan masyarakat Kabupaten Tambrauw. Buruknya akses transportasi merupakan faktor utama sulitnya masyarakat mengakses pelayanan kesehatan yang memadai.
Jika ibu hamil membutuhkan bedah sesar, misalnya, harus dilakukan di kota Sorong yang butuh waktu sekitar lima jam perjalanan. Belum lagi kondisi lain yang membutuhkan pertolongan medis segera. Tak ayal, banyak warga tak tertolong nyawanya akibat tak kuat menahan sakit selama perjalanan.
Cerita tersebut diungkap oleh Kahar Muzakkar (50). Pria asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang sudah lima tahun merantau di Tambrauw ini tahu betul sejumlah kasus kematian selama perjalanan. Sehari-hari, profesinya adalah sopir mobil angkutan Sorong – Tambrauw. “Sekarang ini agak mendingan. Dua atau tiga tahun lalu, bermalam darurat di tepi jalan karena kondisi jalan hancur sudah biasa rasanya,” terangnya.
Satu kisah yang paling menarik baginya ialah saat membawa seorang wanita hamil besar yang rencananya akan melahirkan melalui bedah sesar di kota Sorong. Karena kondisi jalan yang tidak memadai, wanita itu terpaksa melahirkan di mobil. “Si ibu selamat, tapi bayinya tak tertolong. Kalau tak salah si ibu mesti mendapat perawatan serius setibanya di Sorong.” Kahar lupa waktu pasti kejadian tersebut berlangsung.
Pengalaman Kahar senada dengan sopir-sopir mobil all wheel-drive (4WD) lainnya yang biasa melayani jasa transportasi darat Sorong-Sausapor. Secara legal, mobil-mobil ini bukanlah kendaraan umum resmi. Tapi inilah satu-satunya kendaraan yang bisa ditumpangi untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw, John E.P. Smas, tak menampik fakta bahwa timbulnya korban merupakan imbas dari rusaknya akses jalan. “Tetapi kami tak punya data pasti berapa jumlahnya dan kapan saja kejadian tersebut terjadi,” tutur John.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2013 menyatakan hanya dua distrik yakni Sausapor dan Fef, dari total 11 distrik di Kabupaten Tambrauw yang memiliki mobil ambulance. Ambulance ini juga berfungsi sebagai puskesmas keliling. Enam distrik sisanya hanya memiliki sebuah sepeda motor, juga berfungsi sebagai puskesmas keliling. Data tersebut merupakan publikasi terakhir yang diunggah di laman resmi BPS.
Kepala Puskesmas Distrik Sausapor, Korina Merino, menyatakan kurangnya fasilitas penunjang transportasi untuk kebutuhan darurat kesehatan warga memang jadi kendala utama. “Hanya ada satu ambulance sehingga jika ada pasien yang harus segera dirujuk ke Rumah Sakit Sorong, mau tidak mau harus menyewa taksi (mobil 4WD),” ujar Korina saat dihubungi pada Jumat (24/6).
Hal serupa juga dituturkan dokter Puskesmas Sausapor, Yunita Elizabeth. Menurutnya, Pemda juga kerap membantu penanganan kasus pasien darurat. “Biasanya, Pemda membantu biaya transportasi pasien tidak mampu. Puskesmas tidak memiliki dana untuk transportasi pasien,” ucap Yunita saat disambangi tim doctorSHARE di Puskesmas Sausapor, Kamis (23/6).
Biaya sewa mobil dari Sausapor menuju Sorong memang mahal. Paling tidak butuh dana Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta sekali jalan. Mobil tersebut dapat memuat empat hingga lima orang. Jika dihitung per orang, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 350.000 sampai Rp 450.000, bergantung pada fluktuasi harga bahan bakar. Selain itu, konsumsi BBM mobil 4WD juga terhitung boros. Mahalnya harga BBM, besarnya kebutuhan BBM, dan rusaknya jalan ini menjadi formula ampuh “memangsa” warga.
Pemerintah Kabupaten Tambrauw menyatakan tidak menutup mata terkait hal tersebut. Kepala Humas Pemkab Tambrauw, Phillipus Penaonde, memaparkan bahwa hingga saat ini, pembangunan dan perbaikan ruas jalan terus dilakukan dengan dana dari Anggaran Penggunaan Belanja Daerah (APBD). “Saya lupa besaran pastinya, tetapi hampir sebagian besar dianggarkan untuk kebutuhan ini.”
Phillipus menekankan, sebagian kecil jalan sudah mulai diaspal guna memudahkan akses transportasi masyarakat Tambrauw. Juga pembangunan beberapa ruas jalan seperti jalan menuju Distrik Fef yang rencananya akan dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten Tambrauw.
“Pembangunan tentu membutuhkan dana besar. Dana tersebut murni dari APBD saja. Anda dapat bayangkan sendiri,” ujarnya. Untuk itu, pihaknya menjamin dua hingga tiga tahun ke depan, akses jalan dari Sorong menuju Kabupaten Tambrauw seluruhnya sudah diaspal. “Sehingga kesulitan-kesulitan yang berakar dari kurang baiknya kondisi akses transportasi dapat diatasi,” tutup Phillipus.


Sumber doctorSHARE.org

Tidak ada komentar: